Melanjutkan perjalanan Depok Walking Tour sebelumnya, ternyata masih banyak tempat bersejarah yang ada di sepanjang Jalan Pemuda, Depok.
Pada saat itu, pusat Depok hanya mencakup wilayah ini dan beberapa kawasan disekitarnya. Sisanya hanyalah hutan-hutan yang masih belum di jamah. Oleh karenanya, jejak peninggalannya berada dikawasan yang berdekatan.
Berikut ini lanjutan perjalanan Depok Walking Tour Part-2, yang meliputi sekolah, tempat ibadah hingga pemakaman.
1. SDN Pancoranmas 2
Bangunan ini merupakan sekolah yang menempati bangunan kolonial yang didirikan pada 1886 dengan nama Europeesche School atau nama lainnya Depoksche School. Pada saat itu, para pengajar di sekolah ini sebagian besar berkebangsaan Belanda, ada juga pribumi yang menjadi pengajar di sana antara lain dari keturunan Laurens yang telah mendapatkan persamaan hak dengan orang Belanda. Saat itu, orang bumiputra yang dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah ini sebatas orang kaya ataupun orang yang direkomendasikan saja
2. GPIB Immanuel Depok
Gereja Protestan ini dibangun sejak 1714, tahun yang sama ketika Chastelein meninggal dunia. Awalnya gereja ini didirikan dengan bahan seadanya, yaitu dengan kayu dan bambu yang diberi nama Jemaat Masehi Depok. Namun seiring berjalannya waktu, gereja ini terus melakukan renovasi agar bisa lebih nyaman digunakan. Hingga akhirnya berganti nama menjadi GPIB Immanuel.
3. Rumah Tinggal Pendeta GPIB Immanuel (Rumah Pastorie)
Bangunan ini dibangun pada awal abad ke 20 dan merupakan gaya rancang bangunan yang diduga kuat mendapat pengaruh dari arsitektur bergaya Indis Baru (Nieuwe Indische Bouwstijl) dan Art Deco. Tidak diketahui secara pasti bangunan ini didirikan, namun setidaknya pada peta kolonial Depok tahun 1916, telah terdapat massa bangunan di titik yang sama dengan lokasi bangunan saat ini. Saat ini, bangunan berfungsi sebagai rumah dinas pendeta bagi pendeta-pendeta yang bertugas di GPIB Immanuel Depok
4. Kantor Yayasan Lembaga Conerlis Chastelein
Kantor YLCC dibangun antara tahun 1817 dan 1823 yang awalnya merupakan sebuah tempat kediaman pastor (pastoran) yang bersisian dengan Gereja Immanuel. Bangunan ini pernah dijadikan SMP Kasih, lalu beralih fungsi menjadi Kantor YLCC sejak tahun 1952 hingga saat ini. Bangunan ini berdiri di atas batur (undakan) setinggi 50 cm, sehingga untuk naik ke bagian bangunan harus melewati anak tangga yang berada di bagian muka. Anak tangga membentang sepanjang sisi muka bangunan.
5. Eben Haezar (SMA Kasih Depok)
Eben Haezer dibangun pada 1837 oleh H. Wentink. Ia adalah utusan dari NZG (Nederlandsche Zending Genootschap) yang menjadi Gembala Jemaat Depok pada 1834-1849. Gedung ini dinamakan Eben Haezer yang berarti “Tuhan Penolong Kita”. Dalam perkembangan selanjutnya, institusi ini beralih fungsi dari Sekolah Minggu menjadi sekolah yang dikelola oleh YLCC.
Pada awal pengelolaannya, tercatat ada 52 murid yang masuk sekolah ini. Saat itu nama sekolah ini adalah Depok Lagere School yang di kemudian hari berubah menjadi SMU Kasih pada 1983. Apabila ditelisik lebih lanjut, arsitektur Eben Haezer memperlihatkan adanya adaptasi dengan iklim tropis, yaitu dapat dilihat dari bagian atap, pintu, jendela, dan pekarangan yang mengelilinginya
6. Gedung SMPN 1 Depok
Gedung SMPN 1 Depok dibangun pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Namun gedung ini baru digunakan sebagai sarana dan prasana pendidikan pada 1951, yang bernama Sekolah Guru B (SGB). Kemudian pada tahun 1960, SGB berganti nama menjadi SMPN 1 Depok hingga saat ini.
Baca juga: Depok, Tanah Warisan Saudagar VOC
7. Makam Khusus Keturunan Belanda Depok
Sejak tahun 1851 dijadikan pemakaman bagi keturunan para mardijker Cornelis Chastelein yang awalnya dibebaskan dan dimakamkan. Kuburan yang ada saat ini merupakan kompleks kuburan yang terdiri dari berbagai bentuk, seperti bangunan persegi, tugu, dan makam di atas tanah. Kuburan ini masih digunakan untuk keluarga dan keturunannya dari 12 marga mardijker Cornelis Chastelein. Sejumlah pejabat tinggi masa Hindia Belanda yang tinggal di Depok pun dimakamkan di sana, di antaranya makam keluarga Van der Capellen (Gubernur Jenderal Hindia Belanda) dan keluarga pendeta C. De Graaf (pendiri Rumah Sakit PGI di Cikini).
Pada Peristiwa Gedoran Depok, Pemakaman Kamboja menjadi salah satu sasaran pengrusakan karena mereka menduga di dalamnya terdapat perhiasan. Dalam kenyataannya tidak ditemukan harta karun yang mereka cari, akan tetapi beberapa jenazah yang menggunakan perhiasan mereka lucuti, kemudian jenazahnya dibiarkan tergeletak begitu saja.
8. Jembatan Panus
Jembatan Panus dibangun oleh insinyur bernama Stephanus Leander pada 1870. Nama Panus pun diambil dari penggalan nama depan perancang jembatan, yakni Ste’phanus’. Jembatan ini dahulu menjadi akses yang menghubungkan wilayah Depok dengan Bogor. Namun sejak tahun 1990, jembatan ini jarang digunakan, hal ini dikarenakan jembatan yang lebih besar dibangun yang tidak jauh darinya.
Jembatan ini dibuat dari beton dan masih terlihat kokoh. Selain sebagai penghubung dua wilayah, jembatan ini juga dibangun untuk memantau debit air Sungai Ciliwung yang berguna untuk memantau banjir.
Penutup
Ternyata Depok sebagai kota yang kecil memiliki sejarah unik yang mengesankan. Walaupun masih banyak peninggalan sejarah di Depok yang belum terdaftar sebagai cagar budaya, atau bahkan kini beberapa sudah dihancurkan atau dialihfungsikan menjadi bangunan lain yang tidak diketahui pasti detailnya. Harapannya, semoga pemerintah bisa lebih sadar dan peduli atas jejak peninggalan sejarah yang ada di setiap kotanya. Dan para pemuda tetap mau turut serta belajar menjaga dan melestarikannya.
Cheers,
Jastitahn
Source: http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/]\