Apa itu Inner Child?
Mengutip dari web Anotasi, dalam dunia psikologi, inner child dapat diartikan sebagai sisi kepribadian kita yang terbentuk dari berbagai pengalaman masa kecil. Tidak hanya pengalaman masa kecil aja, segala tahapan-tahapan di dalam hidup yang membawa kita sampai ke titik sekarang ini juga bisa dikatakan sebagai inner child.
Inner child adalah versi kecil dirimu. Banyak pengalaman yang terjadi dalam hidup kita sedari kecil. Entah itu menyenangkan atau pun menyedihkan, keduanya sama-sama membawa dampak di masa mendatang. Tentunya ada beberapa hal menyenangkan dan menyakitkan ini yang membekas di dalam diri kita. Terutama hal-hal menyakitkan yang pada akhirnya bisa atau akan menimbulkan trauma mendalam karena memang tidak pernah disembuhkan.
Peristiwa buruk yang menyedihkan semasa kecil di lingkungan sosial maupun keluarga―seperti perpisahan kedua orang tua, kekerasan secara fisik maupun psikis, kekerasan seksual, kehilangan orang-orang tersayang―ternyata dapat mempengaruhi cara kita berpikir dan membuat keputusan kita saat sudah dewasa.
Beberapa waktu lalu aku mendengar cerita temanku. Ia seorang perempuan cantik, pekerja keras dan mandiri. Namun dibalik kemandiriannya, ternyata Ia memiliki luka di masa lalunya – singkat cerita iya, karena orang tuanya. Bukan karena perceraian, bukan juga karena kekerasan, tapi karena sebuah kasih sayang dari seorang ayah yang hilang sejak Ia kecil. Sebagai anak perempuan, sosok ayah yang seharusnya menjadi cinta pertama dalam dirinya itu tidak ada. Entah bagaimana, aku tidak berani menanyakannya lebih dalam, Ia merasa kurang mendapatkan kasih sayang sebagai mana mestinya.
Hal ini ternyata berimbas pada dirinya. Ketika ia beranjak dewasa, ia membutuhkan sesosok laki-laki yang bisa menjadi tempatnya bersandar. Tapi seringnya, Ia selalu di buat kecewa. Ia yang bisa dibilang memiliki mental yang cukup fragile dan tidak stabil ini sering kali membuatnya jatuh ke dalam kesedihan yang terus menerus. Kejadian ini terus berulang pada dirinya.
Sebagai seorang yang dekat dengannya, kita kadang perlu mendengar ceritanya dan menasihatinya jika memang salah, juga tetap mendukungnya untuk bisa bahagia dan keluar dari zona belenggu yang meresahkan. Aku tau.. semua hal memang butuh proses dan tidak semudah yang di bayangkan. Dia sering kali terjatuh lagi di hal serupa, dan cukup struggling untuk bisa keluar dari zona tak nyaman itu. Aku pun yang mendengarkan ikut merasa sedih, seolah aku ikut berada di dalam zona nya dan aku mencoba menguatkan dirinya atas hal yang dia alami.
Baca juga: Grow through what you go through
Lalu sebenarnya bisa ga sih kita berdamai dengan inner child kita?
Katanya berdamai dengan inner child yang bersembunyi di dalam diri kita memang bukan hal yang mudah, tetapi kita bisa mencoba beberapa hal agar terciptanya keselarasan antara hati dan pikiran. Yang aku sendiri pun masih berproses di dalamnya.
- Kesadaran diri
Kunci pertama yang diperlukan dalam proses berdamai dengan inner child adalah mengakui diri sendiri kalau kita memang memiliki inner child atau ada hal yang perlu dipulihkan. Karena tidak sedikit yang malah memilih untuk menutup diri dan bersikap tidak mau tahu terhadap perasaan mereka sendiri karena mereka tidak sadar akan pentingnya hal ini. Padahal, bisa saja rasa tidak nyaman yang kerap muncul saat menghadapi situasi tertentu sebetulnya adalah suara dari inner child kita yang sedang “berbicara” atau “meminta pertolongan”.
- Terapi diri sendiri
Ada banyak metode terapi yang dapat kita lakukan sendiri di rumah. Seperti menulis jurnal, melukis, menyanyi, bermeditasi, bercerita dengan orang-orang terdekat, atau kegiatan menyenangkan lainnya―apa pun itu yang dapat mencurahkan energi positif di dalam diri kita. Tujuannya agar rasa sakit, trauma, dan kesedihan yang selama ini bersarang di dalam hati dan kepala dapat sesegera mungkin diproses dan dikeluarkan.
Baca juga: Mencintai Diri Sendiri
- Belajar memaafkan
Memaafkan peristiwa yang terjadi di masa lalu cukup penting untuk kita bisa berdamai dengan inner child kita. Dengan kita belajar memaafkan, kita akan perlahan menjadi ikhlas atas hal yang terjadi dalam kehidupan kita. Kita pun akan jauh berpikir lebih baik kedepannya, bahwa tidak semua hal yang terjadi dimasa lalu, akan pula terjadi di masa depan. Kita bisa belajar memperbaiki apa yang salah, dan tidak melakukan hal yang sama.
Sebenarnya masih banyak cara atau hal lainnya yang bisa kita lakukan untuk bisa mencoba berdamai dengan inner child kita. Tapi 3 cara diatas adalah cara yang aku lakukan sampai saat ini untuk bisa menenangkan pikiranku akan masa lalu yang masih sampai saat ini terbawa. Semoga kamu juga bisa menerapkannya yaa!
Atau adakah tips lain dari kamu? Kita sharing yuk 🙂
Cheers,
Jastitahn
setuju banget, inner child sesuatu yg tricky dan melelahkan untuk diselesaikan. butuh effort untuk menyadarinya, dan butuh keberanian untuk menerima dan mengatasinya. padahal inner child jadi hal penting dalam pembentukan karakter diri di sepanjang hidup kita.
LikeLike
Iyaa benar sekali. Memang butuh effort dan keberanian buat menyadari hingga kita bisa menerimanya. Semua tentunya sama-sama belajar dan berproses dengan dirinya sendiri agar hidup jauh lebih indah. Thanks kak sudah sharing!
LikeLike
Inner child wound ini hal yg sepertinya luput dari generasi ortu kita. Mngkn karna dulu kakek nenek kita mendidik ortu kita begitu.
Tapi setiap generasi kan beda ya
LikeLike
Iyaa sudah beda generasi, ga bisa disamakan hehe gapapa kita belajar perlahan jadinya kak buat bisa memahaminya 😀
LikeLike
bener bangeet sih!! hal hal yang dituliskan di atas semuanya bisa di terima, makasih ya! bakalan coba di pahami lagi dan di coba 🙂
LikeLike
Iyaa emang bukan hal mudah buat memahami luka yang masih terbawa sampai kita dewasa. Harus belajar perlahan biar akhirnya bisa lega kedepannya 🙂
LikeLike
Butuh keberanian untuk menemui inner child. Ia memunculkan semua luka batin yang bahkan ga kita ketahui. Selanjutnya butuh encourage diri untuk welas asih, bertekad, berniat, dan mendedikasikan kesabaran untuk menerima, menjadikannya bagian dari diri kita. Tapi jangka panjangnya itu luar biasa. Ga cuma melegakan, tapi juga bikin hidup lebih hidup. Si inner child itu sudah menjadi lebih ceria sekarang. Need no more validation from the outside world. Glad to find this writing 🙂
LikeLike
Setuju banget ka, memang butuh keberanian untuk bisa menemukan inner child yang ada pada diri kita. Dan bagaimana kita bisa mencoba berdamai dengan itu secara perlahan. Butuh waktu panjang, tapi iya akan worth it in the end. Thanks juga ka sudah sharing 🙂
LikeLike
Bagus sekali kak tulisannya. Saya sendiri pun masih struggling untuk bisa berdamai dengan masa lalu. Belajar memaafkan perlahan, dan mencoba untuk jadi lebih baik dari segala hal yang pernah dilihat dan dialami jadi salah satu cara untuk tetap bertahan. Thanks for sharing kak!
LikeLike
Iyaa kak kita masih sama sama struggling kok! Terus belajar memaafkan, biar bisa menjalani masa depan dengan ceria. Yeayy!
LikeLike