Menghadapi Titik Terendah

Tahun 2021 lalu adalah titik terendah dalam hidupku. Saat di mana aku kehilangan setengah kepercayaan diri. Kala itu aku ditinggalkan oleh seseorang yang sudah sangat ku percaya dan bahkan sudah sejak lama ada di dekatku. Delapan tahun aku menjalani kisah cinta bersamanya. Namun sekejap hancur begitu saja diterjang ombak dan badai yang besar. Yaa.. aku bisa dibilang cukup menderita ketika mengalami hal itu.

Aku mungkin sering mendengar cerita orang lain yang mengalami hal seperti ini, dan aku hanya bisa mendengarkan dan berharap semoga tidak terjadi padaku. Tapi nyatanya saat hal ini terjadi padaku, “Oh.. I see. This is how its feels like” rasanya benar-benar hancur. Rasanya nano-nano, semua bercampur menjadi satu. Kecewa iya, marah iya, sedih iya, gelisah iya. Entahlah aku tak tau kenapa hal itu terjadi padaku.

Saat itu aku menyalahkan diriku sendiri atas apa yang terjadi. Mungkin terlihat lebay, tapi aku benar-benar merasakan menangis hingga aku kesulitan untuk bernapas beberapa kali. Sempat terbesit untuk melakukan hal buruk, namun tidak ku lanjutkan pikiran itu. Aku merasa begitu bodohnya, sampai aku tak tau bahwa hal ini terjadi. Bahkan aku sama sekali tak curiga akan gerak-geriknya itu selama ini. ”Kenapa?” menjadi kalimat yang selalu kupertayakan.

Tiga minggu terkacau dalam hidupku. Tapi lambat laun akupun tersadar, tersadar akan kehidupan yang aku jalani. Yaa, aku terlalu mencintainya hingga aku lupa dengan Allah yang menciptakanku, sang pembolak-balik hati. Seketika itu aku menangis tersedu-sedu. Menangis karena perbuatan ku, dan Allah menegurku agar aku bisa menjadi orang yang lebih baik, agar aku bisa keluar dari zona yang bisa membuatku bisa jatuh lebih dalam nantinya.

Dari pengalamanku, Aku kembali kepada-Nya. Aku belajar untuk tidak menaruh ekspetasi kepada selain Allah. Aku meminta ampun pada-Nya. Aku meminta ketenangan hati dan pikiranku kepada-Nya. Dan iyaa, Allah mendengar doaku. Allah maha baik. Alhamdulillah, dengan juga dukungan dari keluargaku, sahabatku, aku bisa bangkit kembali dari keterpurukan yang kurasakan. Aku menjalani aktifitasku kembali dengan pikiran yang cerah.

Perlahan akupun juga mulai memaafkan dirinya, aku belajar untuk mengikhlaskannya.

Mungkin tidak ada yang salah dari kita. Hanya saja ekspetasiku terlalu besar terhadap dirimu.

Aku percaya bahwa takdir Allah selalu baik. Rencana-Nya selalu indah. Meski kadang membutuhkan air mata dalam menjalankannya.

Karena takdir-Nya selalu baik, meski kadang perlu air mata untuk menerimanya.

Aku belajar banyak dari kejadian yang aku alami. Aku tumbuh menjadi seseorang dengan pemikiran dewasa sejak saat itu. Aku tak lagi sedih, aku tak lagi kecewa. Aku jauh lebih bersyukur saat ini.

Pada akhirnya pun aku merasa semakin banyak aku membuka diri, semakin banyak jembatan dan jalan yang muncul untuk aku menemukan hal-hal baru.

Sebesar apa pun beban yang sedang kamu pikul percayalah pasti akan ada jalan keluarnya. Setiap orang juga berjuang dan bahkan mungkin menderita dalam diam tapi aku harap saat kamu merasa tidak ada harapan dalam hidup, ingat kamu masih tetap hadir dan bernapas hingga hari ini. Semangat!

Cheers,

Jastitahn

Advertisement

Semua yang Bernyawa Pasti Akan Mati

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.

(QS Al-Imran: 185)

Bulan februari lalu, mbah ku yang berusia 85 tahun dipanggil oleh Sang Pencipta. Iya, mbahku sakit sudah hampir setahun. Beberapa kali aku menjenguknya ke Bandung. Hingga hari itu kabar duka datang menghampiri. Aku menangis saat mendengar beritanya. Jujur aku tidak banyak memiliki kenangan indah bersamanya, tapi mbah selalu baik kepada ku. Mbah yang masih semangat untuk melakukan sholat dan pekerjaan rumah, yang suka tiba tiba cerita tentang masa mudanya. Pendegaran mbah ku sudah berkurang, namun penglihatannya masih tajam. Sering kali kita menjawab dengan tulisan apabila beliau tidak tau apa yang kita bicarakan. Kepergian mbah membawa tangis semua keluarga.

Kemudian selang 33 hari setelahnya, pakde ku menyusul mbah pulang kepadaNya. Pakde ku yang juga sakit terkena diabetes basah, yg bahkan bagian punggung kaki telah diamputasi. Berita duka datang dua kali dalam waktu yang singkat.

Dari kejadian ini mengingatkanku akan kematian yang sebenarnya sangat dekat dengan kita. Kita tidak tau kapan waktunya tiba, tapi kita semua pasti akan menghadapinya. Tapi apa yang sudah kita persiapkan untuk itu?

Kadang kita sebagai manusia suka lupa kalau kita terlalu sibuk mengejar dunia hingga kita lupa siapa yang menciptakan kita. Kita lalai menjalankan kewajiban kita sebagai umatNya. Kita terlalu angkuh, seakan semua yang kita punya di dunia ini bukan karenaNya.

Baca juga: RencanaNya Selalu Indah

Padahal kita bukanlah apa-apa tanpaNya.
Padahal semua hal yang terjadi dalam hidup ini adalah atas izinNya.

Maka berbuat baiklah sebanyak-banyaknya selama kita masih hidup didunia,
Bertaubatlah atas segala dosa yang kita perbuat,
Dan selalu ingatlah kepadaNya dalam keadaan apapun.

Jadikanlah diri kita manusia yang selalu bertawakkal dan berhusnuzan kepadaNya, atas segala hal yang terjadi dalam hidup kita.

Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung

Cheers,

Jastitahn