Kita mungkin sering banget merasa atau bahkan berpikir tentang orang lain “Dia enak banget yaa hidupnya. Pengen apa apa kayanya ada aja.” atau “Enak deeh jadi dia, bisa jalan-jalan terus. Kaya ga ada mikirin yang lain” atau juga iri sama teman “Duuh si X udah beli rumah. Kok bisa ya?”
Kadang kita sebagai manusia suka ga sadar sama yang kita pikirin tentang orang lain. Kita fokus sama mereka, padahal kita punya rumput juga loh dirumah kita sendiri.
Kenyataannya, kita ga akan pernah bener-bener tau apakah iya rumput tetangga beneran lebih hijau dan sehat? Iyasih, memang terlihatnya rumputnya lebih hijau dibanding punya kita. Tapi bisa jadi ada masalah didalamnya, misalnya akarnya sebenarnya di rayapin atau bisa jadi warnanya emang hijau tapi daun nya bolong-bolong dimakanin ulet. Ya kaan?
Terus kalau pun rumput tetangga lebih hijau dan lebih sehat juga, apakah kita tau perjuangan tetangga untuk ngerawat rumputnya? Siapa tahu dia emang effort-nya lebih ekstra dibanding kita. Nyiramin lebih sering, dikasih pupuk secara berkala, atau bahkan pakai pupuk kualitas top supaya rumputnya selalu hijau. Kalau musim kemarau datang, jangan-jangan mereka juga effort bikinin peneduh biar rumputnya ga terpanggang langsung sama matahari.
Atau…ada juga kemungkinan bahwa itu rumput sintetis, makanya selalu tampak sempurna hijaunya.
Entah rumput tetangga lebih hijau karena mereka merawatnya dengan lebih baik, atau rumput tetangga lebih hijau karena sintesis, alias palsu. Kita tidak tau pasti.
Kadang bisa jadi rumput kita memang ga sehijau kriteria rumput idaman, tapi malah rumput kita lebih sehat. Yang ga setiap hari kita siram tapi masih bisa survive, yang kena terik matahari tapi ga langsung gersang. Who knows?
Jadi, daripada kita terus musingin rumput tetangga yang tampak lebih hijau, let’s take a closer untuk lihat ke rumput taman kita. Kita evaluasi apakah effort kita sudah cukup baik untuk mengusahakan biar rumput kita hijau dan sehat? Kita bisa cari tahu lho tentang kesehatan rumput kita, akarnya gimana, daunnya seperti apa.
Selain rumput, kita mungkin juga punya bunga yang wanginya semerbak setiap hari di taman kita. Mari kita menikmati kehadiran bunga ini. Kita bisa membuat daftar apa yang kita punyai di dalam rumah, dan bagaimana upaya atau kerja keras yang sudah kita lakukan untuk mendapatkannya. Kita syukuri!
Baca juga: Bersyukur Terus, Emangnya Gampang?
Membandingkan kehidupan kita dengan orang lain memang ga akan ada habisnya. Toh jalan hidup setiap orang berbeda. Kita hidup di bumi yang sama, dengan kisah yang berbeda.
Ketika lagi menulis hal ini, aku pun juga akhirnya berpikir bahwa: Gapapa kok untuk terinspirasi dengan “hijaunya rumput” kehidupan orang lain. Tapi yang harus kita sadari bahwa untuk menuju “hijau” yang sama, kita mesti lihat proses seperti apa yang telah dia lalui.
Kita bisa ambil hal baiknya, jangan ikuti hal buruknya. Aku rasa kita semua sudah paham bahwa manusia selalu memiliki sisi baik dan sisi buruk. Terinspirasi boleh, tapi jangan mau untuk menjadi sama plek-plekan. Karena kita masing-masing punya cerita yang berbeda, punya petualangan hidup yang berbeda.
So stop comparing our life to other people’s life.
Cheers,
Jastitahn