Melahirkan menjadi awal sebuah momen yang membuat seorang wanita mendapatkan peran dan gelar baru, yaitu menjadi ibu. Menjadi ibu tentunya membuat perubahan yang luar biasa dalam kehidupan. Bagaimana tidak, peran tersebut langsung harus dijalankan ketika proses melahirkan baru saja selesai.
Kita dibuat darderdor oleh keadaan, dimana semua seakan berjalan begitu cepat. Kadang merasa clueless ketika bingung dengan apa yang terjadi di depan kita. Kadang merasa senang dengan hadirnya bayi kecil yang menggemaskan. Kadang juga merasa sedih dengan segala hal yang tiba-tiba berubah.
Ada banyak hal yang harus dilakukan dan dipelajari yang seakan tidak ada habisnya. Rasanya begitu lelah secara fisik dan mental. Namun peran ini harus tetap dijalankan karena ada manusia kecil yang kini menjadi tanggung jawab kita, dan akan terus begitu untuk kedepannya.
Walaupun aku sudah pernah beberapa kali membaca buku tentang parenting dan menjadi seorang ibu. Tapi nyatanya, ketika dihadapkan oleh realitanya, semua yang aku baca seakan buyar xixie dan mulai sendiri lagi dari nol.
Dari dulu kita ga pernah diajarkan untuk bagaimana menjalani peran sebagai Ibu. Semua hal itu hanya kita lihat dan amati dari Ibu kita ataupun Ibu orang lain. Kita tidak diajarkan bagaimana menerima peran yang tugasnya sungguh banyak ini. Salah satu hal yang awalnya bikin aku sedih dalam menjalankan peran sebagai ibu, yaitu proses menyusui. Proses menyusui adalah hal yang aku dan ibu lainnya harapkan bisa berjalan dengan mudah. Terutama harapanku untuk bisa melakukan DBF (Direct Breast Feeding) atau menyusui secara langsung.
Namun nyatanya, harapan memang tidak selalu berjalan sesuai yang diinginkan. Ketika ada hal yang menghambat hal tersebut, akhirnya mau tidak mau aku harus belajar ikhlas bahwa keinginanku akan DBF tidak berjalan secara maksimal dan lebih banyak menggunakan ASIP yang dituang ke botol. Awalnya aku merasa kecewa pada diriku sendiri. ASI ku pun tidak sederas seperti orang-orang, hanya bisa dikatakan cukup untuk bisa anakku minum. Terlebih ketika ada yang bertanya “Kok pake dot? Emangnya ga bisa nyusuin langsung?”. Rasanya hati terpotek-potek, sedih sekali.
Padahal akupun tetap berjuang, ketika harus pumping setiap 2-3 jam sekali yang rasanya juga lelah. Kadang sering ke skip kalau malam karena ngantuk. Kalau ke skip, payudara jadi auto bengkak dan nyeri. Setiap anak nangis, harus siap siaga ngangetin ASIP terlebih dahulu. Pergi kemanapun jadi lebih banyak bawaannya, dari mulai botol, pumpingan, kantong asip dan coller bag. Akupun juga sama berjuangnya kok.
Namun setelah aku mencoba tenang, lebih ikhlas dan berpikir luas, aku sadar dan harus yakin bahwa aku hebat. Aku hanya kesulitan dalam DBF, tapi masih bisa memberikan ASIP pada anakku. So, aku tegaskan pada diriku untuk tidak mendengarkan apa kata orang! Karena banyak cara yang bisa dilakukan untuk memberikan yang terbaik pada anaknya. Nyatanya semua Ibu punya perjuangannya masing-masing.
Semua Ibu Punya Perjuangannya Masing-Masing
Dibalik lelahnya menjadi seorang ibu, ada bayi kecil yang selalu membuatku tersenyum. Bayi kecil ini mengajarkan aku banyak hal. Ia seakan menjadi penenangku ketika air mata turun membasahi pipi, bahkan ketika rasanya aku merasa sedih sama keadaan. Ia yang juga selalu membuatku semangat untuk bisa bahagia dan terus hadir disisinya. Terimakasih yaa nak! 🙂
Menjadi ibu memang tidak mudah. Ada berbagai lika liku yang harus dilalui. Ada dilema yang harus dihadapi. Ada rasa letih yang tak bisa dipungkiri. Ada rasa ragu terhadap diri sendiri. Mampukah aku sebagai seorang ibu? Sudah cukup baikkah aku menjadi seorang ibu?
Cheers,
Jastitahn